
Foto : Edison Akong, Pengusaha Kab.Bengkayang.
Bengkayang Post-(Bengkayang). Tidak tanggung-tanggung dampak yang timbul akibat hantaman dahsyat virus corona yang sedang melanda dunia saat ini.
Tragedi kematian diiringi tangisan pilu terjadi hampir di semua belahan dunia. Ada 210 Negara di dunia mendapatkan nasib yang sama, yakni terdampak atau terpapar virus corona atau covid-19, atau ada juga yang menyebutnya virus China (karena pertama muncul dan menyerang warga kota Wuhan, Cina), kalau tidak sembuh selalu berujung pada kematian.
Dampak dari virus corona ini sangat luar biasa, ekonomi masyarakat hancur berantakan, harga gula pasir meroket, menembus angka Rp25.000-Rp30.000,-/Kg di Kabupaten Bengkayang. Di samping mahal, gula pasir juga mulai langka di pasaran.
Satu hal yang sangat mengejutkan di skctor pertanian khususnya petani karet, mereka terpukul dengan anjloknya harga karet di pasaran, bahkan beredar isu karet akan tidak dibeli lagi. Hal ini menimbulkan keresahan dan lemahnya semangat petani untuk menyadap karet.
Menurut, Acung, pengepul karet di kota Bengkayang, “Karet sekarang kita beli dengan kisaran harga Rp6.000,- /Kg. Sekarang harga lagi turun karena dampak dari virus corona. Permintaan dari luar negeri menurun, seperti pabrik ban dan lain-lain. Harapan kita virus corona ini cepat berlalu agar harga karet naik”.
Lanjut Acung, “Kemarin sangat kita sayangkan ada isu beredar karet tidak akan laku dijual. Sumber isu tersebut tidak jelas, sehingga saya ditelpon para penampung karet, padahal setahu saya pabrik selalu siap membeli karet. Sekarang produksi karet menurun hingga 50% dari biasanya. Sekarang kita paling banyak hanya dapat beli 25 ton/hari,” terang tauke getah tersebut saat diminta konfirmasinya. Jum’at, (10/4) di gudangnya jalan raya Singkawang-Bengkayang.
Terkait ada isu karet tidak akan dibeli lagi, di tempat dan kesempatan yang berbeda, Akong, pengepul karet yang beralamat di Pajan, Sebopet, Bengkayang mengatakan, “Karet sih tidak mungkin tidak dibeli, karena tetap diperlukan. Yang saya kadang sedih juga melihat masyarakat di kampung, mereka lebih senang melihat temannya gusar, khawatir atau susah, jadi sering bikin isu-isu yang tidak bagus. Di kampung juga ada saya temui, sebagian mereka bilang di kampung harga karet nanti tinggal Rp3000,-/kg, padahal kenyataan di Bengkayang ini masih Rp7000an/kg. Sebenarnya isu itu bukan membawa kemajuan untuk kita, namun itu hanya membawa kemunduran bagi masyarakat di kampung itu. Mungkin suatu hal yang perlu dibuang bagi teman-teman di kampung, supaya di kampung itu ada kemajuan”.
Akong juga berharap kepada Pemerintah agar menciptakan ketahanan pangan sendiri untuk negara yang besar ini. “Harapan saya pemerintah tidak hanya menghandalkan eksport import, kita perlu memiliki ketahanan pangan sendiri. Sebenarnya kalau menurut saya mungkin lebih baik pemerintah membukakan lahan pertanian yang berskala besar. Setiap KK (Kepala Keluarga) disiapkan kebun-kebun, baik kebun karet, kebun sawit, nanti setelah menghasilkan dipotong dari penjualan. Jadi kalau masyarakatnya sudah memiliki pekerjaan kan masyarakatnya sudah hidup diambang kesejahteraan, negara kita ini bisa menjadi negara maju, negara yang sukses. Namun seandainya masih banyak masyarakat miskinnya sekian puluh persen, mengapa Indonesia ini mengaku sebagai negara besar, mengapa Indonesia ini mengaku sebagai negara yang kuat. Kita perlu kejujuran untuk mengakui kalau negara kita ini masih belum mampu, ya akui belum mampu, jangan mengaku sebagai negara besar tapi rakyatnya masih banyak susah, masih banyak miskin, tidak memiliki pekerjaan tetap. Mungkin yang saya harapkan pemerintah perlu campur tangan dalam hal ini”, tutur Edison Akong saat diminta konfirmasinya, Senin, (20/4) di gudangnya, Sebopet, Bengkayang. (Wrt : Markus M. / Editor : Wapimred)
Baca Juga
Bhabinkamtibmas Polsek Air Besar Dampingi Poktan Tuah Talino Saat Perontokan Biji Jagung
Akong Bicara Ekonomi Mandiri
Pj. Bupati Landak Tinjau Lansung Uji Coba Program Makan Bergizi Gratis di SDN 09 Ngabang