16/04/2025

Bengkayang Post

Cerdas Ungkap Realitas

Desa Tertinggal Belum Siap Buka E-Warung

Share

Foto : Sosialisasi Bantuan Non Tunai,( 29/8). Ngabang, Kabupaten Landak

Reformasi Birokrasi berbasis Sosial Ekonomi mendapat Penolakan dari Para Kepala Desa. Mereka Masih nyaman dengan kebiasaan lama. Mengapa?.

 

Bengkayang Post – (Landak). Bantuan Pangan Non Tunai, (BPNT), dari Pemerintah masih asing kedengaran di telinga masyarakat yang berada diluar kota besar Indonesia.

Rata-rata muka peserta saat mengikuti sosialisasi BPNT dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Landak kelihatan bingung.

Padahal Program ini disediakan pemerintah untuk mengurangi kesalahan kerja manusia, memperpendek rentang kendali pelayanan, memastikan jumlah dan mutu bantuan yang diterima penerima manfaat.

Cara penggunaan BPNT yang diterima keluarga kurang mampu cukup bawa kartu kemudian datang diwarung yang telah kerja sama dengan pihak perbankan dan ditunjuk pemerintah. Orang pintar sebut warung yang menyediakan layanan ini dengan istilah e-warung.

Pemerintah kabupaten Landak mengadakan sosialisasi program ini, dihadiri beberapa kepala desa, para camat, dan perwakilan Bank Mandiri sebagai pihak yang ditunjuk penyalur BPNT pada, (29/08).

Peserta yang hadir pada saat itu menyambut dengan cara memaparkan pikiran masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.

Aton, Kepala Desa Angkanyar, Kecamatan Kuala Behe, merespon program ini dengan pendapat bertolak belakang dengan tujuan dari Program BPNT.

Ia pesimis, menurutnya lebih baik bantuan sosial yang telah dinikmati masyarakat tetap disalurkan dalam bentuk langsung berupa materi atau uang.

“Program Keluarga Harapan (PKH), jadi masalah bila diberi bukan uang cash, saya mendukung  diberi bantuan beras dari pada diberi BPNT melalui e-warung” sebutnya.

Ketidak setujuan Aton terhadap program Kementrian sosial yang digagas pemerintah pusat ini lantaran akses di wilayah Desa Angkanyar sampai saat ini masih minim, “cari signal aja harus naik pohon”  keluh Aton.

Dalam pertemuan yang berlangsung serius itu, keluar kata sedikit menohok dari peserta lain yakni Bapak Dianu. Ia adalah kepala Desa Pahuman, Kec.Mempawah Hulu, Kab.Landak.

Sepanjang menyampaikan pendapat Ia menyebut bantuan Raskin/Rastra tidak cocok di wilayah yang beliau pimpin, pengahasilan dan pekerjaan  masyarakat rata-rata bertani.

“jangan disamakan keadaan di Jawa dan Kalimantan, sikon daerah tidak sama. Namun kalo ditempat kami Kalimantan hal ini susah diterapkan”,  tutur Kades Pahuman itu.Wrt : Kuen.  Editor. Wapemred

 

 

 


Share